BUKU

Sabtu, 21 Maret 2020

Siomay ala Saudi

Salah satu hal yang dikangenin dari tanah air Indonesia adalah beragam jenis kuliner khasnya. Mulai dari makanan berat sampai ringan, rasanya emang selalu bikin kangen. Bukan cuma makanannya, tapi kegiatan berdagang keliling seperti abang bakso, abang cuangki yang sering keliling kampung menjajakan makanan juga tentu dirindukan. Mungkin, itu memang khasnya Indonesia ya, berdagang keliling. Nyatanya, di Riyadh ini tidak ada pedangan keliling seperti itu. Jadi ya, kalau perut keroncongan, jangan harap ada abang bakso lewat di depan rumah kita 😂😂. Itulah sebab, kalau agenda belanja ke swalayan, wajib hukumnya bagi saya sekalian cari camilan baik buat bocil atau emak bapaknya. Hehe.



Pekan kemarin, sebelum Riyadh geger karena ditemukan kasus virus corona, saya masih bisa pergi ke swalayan sekeluarga. Meski, ketika sampai di sana, petugas sudah mulai bekerja ekstra dengan menyemprotkan disinfektan ke trolly dan handsinitizer ke tangan pengunjung yang datang.

Mencari camilan untuk bocil, biasanya saya pilih snack ringan seperti biskuit, roti dan sesekali ciki. Nah, untuk emaknya, saya biasa mencari makanan jadi dalam bentuk frozen food. Karena pasti ada masa dimana saya pengen langsung lap lep tanpa repot mengolah (demi menjaga kewarasan diri juga tentunya, hahaha). Ohya, enaknya berbelanja di sini, Lulu Hypermarkert kawasan Riyadh, salah satunya adalah aneka ragam bahan makanan dan kebutuhan lebih banyak tersedia dan ada beberapa produk dengan cita rasa Asia. Berbeda dengan swalayan lokal, produk dengan cita rasa asia lebih sedikit tersedia.

Kembali ke camilan, saya mengambil semacam risol frozen food khas Saudi, produk buatan dari swalayan ini sendiri dengan brand Lulu. Sayang lupa difoto 😑. Selain risol, saya melihat semacam siomay ala-ala gitu deh. Wes daripada penasaran, saya coba ambil 1 pack. Dan kemarin sore, baru saja saya mencobanya. Awalnya saya ingin praktis digoreng saja deh, tapi suami request di kukus, ah yowes akhirnya saya turunkan panci kukusan dulu dan mengukusnya sebentar. (kan, nambah kerjaan kudu mesti nurunin panci dulu.wkwkwk)

siomay frozen

maafkan, belum jago plating! 🙈🙈

dokumentasi pribadi



Siomay tampak serupa dengan siomay Indo, soal rasa, nah ini bikin dagdigdug juga. Khawatir rasanya kurang cocok di lidah. Mengingat beberapa produk di sini rasanya beda dengan rempah yang berlebih, sehingga kurang cucok di lidah kami. Setelah 20 menit dikukus, siomay pun siap dinikmati. Untuk bocil, saya sajikan dengan kecap. Sementara untuk saya dan suami, tentu pakai saus sambal biar lebih maknyoz. Oh ya, sambel bawaan siomay juga ada, saya icip sedikit rasanya kok mirip sambel terasi, jadi saya skip sambel bawaan, saya cukup menikmati dengan kecap dan saus. Tekstru kulit siomay agak lembek, apa saya kelamaan ngukus ya. Wkwkwk. Siomay mini yang habis sekali caplok ini, sekali gigit langsung kena isinya. Seperti kulit berisi daging halus saja. Beda dengan siomay Indo yang kental rasa perpaduan adonan udang dan ikan. Melihat bahan dalam kemasan memang sederhana sih, hanya terdiri dari daging ayam, gula, garam, pewarna makanan(padahal kelihatan tanpa warna si siomay ini), dan rempah atau bumbu. Hihi, pantes rasanya juga sederhana ya. Dalam kemasan juga tertulis tanpa bahan pengawet. Untuk 1 pack isi 10 pcs ini harganya 11sr. Lumayan lah kalau lagi mager bebikinan ini bisa masuk list belanja mingguan karena suami dan bocils pada suka meski ya bagi saya rasanya standar, hehehe.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar