BUKU

Senin, 10 Mei 2021

MUDIK TERAKHIR

 

Gema takbir berkumandang. Hasil sidang isbat telah diumumkan. Alhamdulillah, hari raya pun tiba. Setelah berpuasa sebulan penuh, merayakan kemenangan sudah pasti dengan rasa bahagia menggelora.

 

Ada beberapa momen lebaran yang paling berkesan selama saya hidup. Salah satunya adalah momen dimana saya bisa mudik bersama orang tua dengan naik pesawat terbang menuju kampung halaman, yakni Sragen, Solo.

 




-        Mudik bareng naik pesawat

Bagi sebagian orang, bisa bolak-balik bepergian naik pesawat terbang adalah suatu hal yang biasa. Bagi sebagian lagi, tentu rasanya istimewa. Selain karena tiket pesawat biasanya juga cukup lumayan, pun mungkin karena momennya yang belum pas.  Maka, ketika saya bisa mudik bersama keluarga dan mengajak bapak juga mama untuk mudik bersama, rasanya itu adalah salah satu momen istimewa sepanjang hidup.

 

Tahun 2017, awalnya kami tidak merencanakan mudik.  Karena untuk mudik sekeluarga tentu memerlukan biaya lebih dan persiapan lainnya juga. Saat ini, ketika hidup di rantau, saya baru paham. Mengapa banyak orang bela-belain bisa mudik ketika lebaran?  Terlebih bagi seorang perantau seperti kami.

 

Mudik, ternyata bukan sekedar tradisi pulang ke kampung halaman untuk bisa merayakan Idul Fitri bersama. Lebih dari itu, mudik adalah momen menumpahkan sejuta rindu kepada keluarga dan saudara yang sekian lama ditinggal untuk berjuang di tanah rantau. Mudik adalah saat paling pas untuk bertemu. Selain karena hari libur lebih panjang, juga biasanya ada bonus lebaran yang didapat dari perusahaan tempat bekerja. Maka mudik, memang tradisi penuh cinta khas orang Indonesia.

 

 

Tahun 2017 itu, secara spontan, ketika mendengar adik saya mendapat THR dari tempat kerjanya dengan nominal yang lumayan. Saya iseng meledeknya, wah enak nih buat mudik sama jalan-jalan. Entah bagaimana percakapan lengkapnya saya lupa. Yang saya ingat, kemudian kami memutuskan untuk mudik setelah sholat Ied dan berkeliling sekitar rumah, atau kami mudik di hari lebaran ke dua? Entahlah, lagi-lagi lupa.

 

Iseng dan spontannya saya juga waktu itu, memilih untuk mudik dengan naik pesawat. Ya karena ingin cepat sampai, terlebih karena saya membawa anak yang masih berusia sekitar enam atau tujuh bulan. Saya merasa khwatir jika mudik dalam perjalanan yang cukup lama ke Sragen, khawatir kalau baby keburu rewel.

 

Niat yang spontan itu disambut adik saya. Dia setuju tanpa protes macam-macam. Sungguh saya speachlees. Dia merelakan bonus tahunannya untuk ongkos mudik. Meski, saya dan keluarga kecil bayar sendiri sih. Namun lagi-lagi saya speechless dengan kerelaan hatinya yang membiarkan bonusnya itu dinikmati bersama. Saya tahu, dia juga sedang menabung karena berniat untuk melanjutkan kuliah nanti.

 

Alhamdulillah, singkat cerita, kami (saya, suami dan dua bocil) beserta bapak, mama dan dua adik saya mudik dengan menggunakan citylink jurusan Adi Sumarmo, Solo. Sayang, kami ngga punya banyak kenangan yang terdokumentasikan ketika hari itu. Padahal, itu adalah best momen dalam hidup saya. Terlebih ketika tahun ini mama telah berpulang. Momen itu akan jadi best momen sepanjang hidup bagi saya.

 

Meski tanpa gambar yang terdokumentasikan. Saya masih bisa mengingat sebagian kejadian hari itu. Kami berdelapan menuju bandara halim dengan taxi online yang awalnya sang driver keberatan karena jumlah kami terlalu banyak plus ada beberapa koper besar. Setelah nego halus, akhirnya driver pun bersedia.

 

Setibanya di Halim, kami harus menunggu cukup lama. Karena kami memang datang mungkin satu atau dua jam sebelum keberangkatan. Bapak termasuk tipe orang  yang disiplinnya tinggi, lebih baik menunggu lama daripada datang mepet waktu, karena kita ngga tahu apa yang terjadi di jalan, begitu prinsipnya. Menunggu lumayan lama, membuat kami merasa jenuh. Apalagi untuk dua bocil. Maka inilah yang dilakukan bapak untuk menghibur para bocil. Beruntung saya mengabadikan momen ini. Kelak momen ini akan jadi yang paling saya rindukan juga.


 


Kami menanti dengan sabar, dari satu ruang ke ruang lain. Mama dengan gamis dan jilbab hijaunya yang kalem. Entah bagaimana hatinya, karena ini adalah momen pertama mama akan naik pesawat. Kalau bapak, sudah biasa, karena beberapa kali mendapat pekerjaan di luar Jawa, bapak sudah agak kenyang bolak balik naik pesawat Alhamdulillah.

 

Saat itu, ketika berjalan menyusuri koridor bandara Halim, saya masih ingat berkata sesuatu pada mama, meminta mama untuk santai dan jangan tegang, hitung2 latihan kalau nanti naik pesawat ke Mekkah, kata saya pada mama ketika itu. Mama menjawab aamiin dengan singkat sembari tersenyum.

 

Selama dalam perjalanan, sebenarnya saya pun merasa dagdigdug. Ini adalah kali ke dua saya naik pesawat. Setelah sebelumnya naik pesawat ketika melaksanakan ibadah umroh pada Februari 2017. Saya juga dagdigdug karena membawa bocil. Sepanjang perjalanan membaca doa agar kami selamat sampai mendarat di solo. Alhamduillah, cuaca juga bersahabat. Ini buktinya.


Perjalanan ke solo hanya sekitar satu jam. Ah, disaat nyaman-nyamannya, pesawat akan bersiap mendarat. Xixixi. Perjalanan memang terasa menyenangkan saat semua terasa begitu lancar tanpa hambatan. Mama pun terliht bahagia sekali hari itu. Alhamdulillah, Allah berikan kesempatan semua terjadi. Hingga kini semua jadi momen paling bahagia untuk saya, adik-adik , juga pastinya bapak.

 

Setelah perjalanan hari itu, impian saya untuk bisa naik pesawat lagi, mengajak bapak dan mama ke Baitullah makin menjadi. Tapi qodarullah. Allah lebih menyayangi mama. Mama berpulang awal tahun 2021 ini disaat saya belum sempat membawanya ke Baitullah seperti janji saya kemarin.

 

Sepanjang hidup, saya akan selalu mengingat bahagia nya hari itu, saat kami mudik bersama naik pesawat.

 

 


#BPNRAMADAN2021

#BLOGGERPEREMPUAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar