BUKU

Selasa, 11 Mei 2021

Idul Fitri Di Mekkah Dalam Suasana Pandemi

 





Lebaran tahun ini, suasana masih pandemi. Larangan untuk tidak mudik masih berlaku. Begitu juga di Riyadh, kami dihimbau untuk tidak mudik. Indonesia masih menjadi salah satu negara yang dilarang untuk datang ke Saudi, jadi mengingat prosedur yang cukup rumit jika mudik ke Indonesia, sebagian besar ekspatriat yang merantau tidak mudik tahun ini. Kami harus ikhlas menahan rindu lantaran belum bisa silaturahmi secara langsung mengunjungi keluarga tercinta di Indonesia.

 

Untuk mengobati kangen karena ngga bisa mudik, saya diskusi bersama suami untuk bisa merasakan Idul Fitri di Mekkah. Hitung-hitung menghibur diri yang sedang sedih. Akhirnya suami pun setuju. Kami juga merencakanan untuk sekalian melaksanakan ibadah umroh, dengan berusaha booking permit umroh pada 30 Ramadan. Alhamdulillah, permitnya berhasil didapat. Tinggal memikirkan ke Mekkah naik bus atau pesawat. Yang lebih hemat karena kami pergi ber empat tentu dengan naik bus. Lagi-lagi memikirkan, amannya kalau naik bus tentu enak dengan penumpang yang sudah dikenal, daripada sebus dengan warga negara lain, kami pasti agak risih dan was-was dimusim pandemi seperti ini.

 

Ternyata beberapa rekan kami juga punya niat sama ingin melaksanakan umroh pada akhir Ramadan sekaligus  merasakan lebaran di Mekkah. Akhirnya kami booking satu bus untuk rombongan kami. Kapasitas penumpang tidak full dan tetap duduk jaga jarak selama di bus. Terkecuali beberapa keluarga yang membawa anak, duduk tetap bersama para bocil. InsyaaAllah masih terbilang aman.

 

Perjalanan dari Riyadh menuju Mekkah menempuh jarak 868 kilometer, dengan kecepatan bus rata-rata 100 kilometer per jam. Mampir sekitar tiga kali di rest area untuk ke kamar mandi dan juga untuk melaksanakan sholat.

 

Berangkat dari Riyadh sekitar pukul 11.00 siang, tiba di Mekkah sekitar pukul 12 malam. Sebagian dari kami mendapat permit untuk melaksanakan umroh mulai dari jam tiga pagi. Setibanya di hotel kami sibuk dengan agenda masing-masing sembari terus berkoordinasi, melaporkan bagaimana pemeriksaaan di lapangan. Alhamdulillah semua terbilang lancar. Saya dan rekan-rekan bisa lolos dibeberapa titik pemeriksaan ketika hendak memasuki kawasan Masjidil Haram.

 

Ramadan kali ini, untuk bisa umroh atau sholat di Masjidil Haram, aturannya cukup diperketat lagi. Akses masuk ke Masjidil Haram juga diatur sedemikian rupa. Jika di luar Ramadan ada beberapa gate atau pintu yang dibuka, Ramadan ini semua difokuskan satu gate saja. Mungkin agar pemeriksaan lebih mudah dan teratur pastinya.

 

Saya dan suami berangkat menuju Masjidil Haram sekitar pukul dua pagi. Ketika kami sudah memastikan anak-anak terlelap. Lalu kami meninggalkan mereka, dengan sebelumnya menitipkan pada rekan di kamar sebelah. Beginilah nasib para keluarga dimana ada bocil di dalamnya. Kami bergantian saling menjaga untuk bisa melaksanakan rangkaian ibadah umroh.

 

MasyaaAllah bisa merasakan thawaf dini hari, ada rasa bahagia, malu dan campur aduk pastinya. Teriring doa tulus agar wabah dan pandemi ini lekas berakhir. Juga doa untuk para jamaah terutama yang berasal dari Indonesia agar dimudahkan ke tanah suci. Terbayang bagaimana rindu yang membuncah atas tertundanya keberangkatan beberapa jamaah ketika pandemi ini terjadi.

 



Menjelang subuh, kami juga dapat kesempatan salat di area mataf /sekitar ka’bah. Masyaa Allah biidznillah. Mendengar adzan subuh di penghujung Ramadan begitu syahdu nya.

 

Rangkaian ibadah umroh berjalan dengan lancar. Sore hari kami masih bisa berjalan di pelataran masjid, pun mendapat paket iftar dari petugas. masyaaAllah senangnya. Sayang, kami dilarang duduk-duduk berkerumun di pelataran. Maka kami memutuskan untuk naik ke mall sekitar masjid sekedar menghidar petugas.


 


Menjelang isya kami turun dan berharap bisa sholat di pelataran. Lagi-lagi petugas sigap menertibkan kami dan jamaah lain untuk tidak sholat di area pelataran. Memang sejak pandemi, area pelataran Masjidil Haram cukup steril. Hiks sedihnya. Rindu suasana jamaah yang biasanya tumpah ruah hingga ke jalan.

 

 

Hari Raya pun tiba...

 

Menjelang subuh, saya ikut mengamati diskusi para bapak-bapak di grup WA. Sebagian sudah siap menuju masjid, sebagian masih bersiap-siap. Semuanya tidak memiliki permit untuk bisa sholat Ied. Maka dari itu, sebagian bapak-bapak ini bertekad masuk ke masjid menjelang subuh dan menanti di dalam sampai waktu sholat Ied tiba.

 

Beda dengan ibu-ibu, saya amati, sepertinya belum ada respon apakah para ibu akan ke masjid juga? Kalau saya sudah pasti tidak. Karena ternyata tamu bulanan datang menjelang subuh tadi. Hiks, sedih ngga bisa ikut sholat Ied.

 

Akhirnya saya berdiskusi dengan beberapa rekan. Kami memutuskan untuk menuju masjid, siapa tahu masih bisa ikut sholat di pelataran. Sayang, ketika menunggu bus yang biasa mengangkut jamaah dari hotel, mereka menolak. Ketika sebuah taxi melaju, kami pun menghentikannya.

 

Anak-anak tampak senang meski masih terlihat mengantuk. Sedihnya, taxi yang kami tumpangi diberhentikan petugas. Kami tidak bisa mencapai Masjidil haram untuk melaksanakan sholat Ied, akhirnya kami bergabung menuju shaf di pinggir jalan. Para jamaah lain ini nasibnya sama dengan kami, tidak bisa mencapai area masjid.

 

Setelah sholat selesai, kami berjalan sebentar menuju masjid. Lagi-lagi ada petugas yang berjaga. Dan dengan tegas melarang kami untuk memasuki kawasan masjid. Akhirnya kami menyerah dan memutuskan untuk kembali ke hotel.

 

Setibanya di hotel, anak-anak senang karena disambut oleh chef hotel yang berbagi hadiah. Kegembiraan hari raya. Pihak hotel juga menyediakan kudapan kecil untuk bisa dinikmati tamu-tamunya. Tentu saja bukan ketupat dan opor ayam, hehe.

 






Demikian lebaran di Mekkah tahun ini. Jika tidak dalam suasana pandemi entah seperti apa meriahnya. Yang jelas, kami bersyukur karena tahun ini bisa merasakan lebaran di Mekkah. Semoga tahun depan keadaan benar-benar sudah normal kembali.

2 komentar:

  1. MAsyaAllah bisa Idul Fitri di Mekah Mba...smeoga aku bisa ke sana baik Umroh maupun Haji aamiin ..salam kenal mba..btw kukira Riyadh deket ternyata lumayan ya mba brgkt 11 siang tiba di Mekah 12 malam

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah, biidznillah mbak, karena ngga memungkinkan untuk mudik jadi kami memilih lebaran ke Mekkah. Smg terwujud niat baiknya, MBak :), RIyadh - Mekkah ibarat Bekasi Jogja via darat, hehe lumayan

      Hapus