BUKU

Kamis, 22 April 2021

5 Buku Yang Paling Berkesan Dalam Hidup



 

Buku, membaca dan menulis adalah semua hal yang saya sukai sejak kecil. Sejak kapan? Tepatnya,  sejak masih berada di sekolah dasar. Sejak perpustakaan di sekolah kami diresmikan, sejak kami mengunjungi pameran buku di Istora Senayan. Dan sejak saya mendapatkan juara ke dua hasil lomba menulis perjalanan mengunjungi pameran buku ketika itu. Mendapat juara dari lomba menulis yang pertama kali saya ikuti, tentu membuat saya senang sekali.  Hadiahnya sebuah buku karya Arswendo Atmowiloto dan apalagi, ya, lupa. Hehe. Maka sejak saat itulah, rasa cinta dengan buku semakin membuncah.  


Namun, membeli sebuah buku adalah sesuatu yang sulit untuk saya lakukan dahulu. Selain karena kondisi keuangan keluarga yang berkecukupan, dan mungkin saat itu belum gencar istilah literasi, atau orang tua saya tipe orang tua yang berfikir seperti pada umumnya, yang penting saya rajin sekolah.


Jadi, ya jatuh cinta saya memang dari buku-buku yang hadir di perpustakaan sekolah. Hingga hari ini, saya masih merasakan getaran kebahagiaan itu. MasyaaAllah. Semoga nanti Allah izinkan saya bisa membuka perpustakaan juga, agar banyak orang, terutama anak-anak bisa membaca gratis. Karena dapat membaca sebuah buku itu nikmatnya luar biasa. Imajinasi kita bisa menjelajah dunia, membuat mimpi-mimpi besar tercipta.

 

Mengenai buku favorit, saya agak bingung untuk menentukan. Bagi saya, setiap buku memiliki nilai dan history nya tersendiri. Semua buku tentunya ditulis dengan penuh makna, dan didapatkan dengan air mata *halah, lebay amat. 😂😂Haha. Kenyataannya memang begitu, masa-masa di sekolah, adalah masa dimana saya harus sembunyi alias ngumpet kalau membeli buku. Apa sebab? Karena Mama akan menginterogasi, kenapa kok beli buku (lagi?). Mungkin Mama saat itu memiliki pendangan yang berbeda. Sementara saya, entah kenapa sebegitu jatuh cintanya pada buku.  😍


Setelah menikah dan memiliki anak, rasa ingin saya untuk membeli buku-buku bagus pun tidak luntur. Lagi-lagi kadang Mama memergoki saya tengah membuka paket buku yang baru datang. Tapi saya, hanya senyum-senyum. Dan, untuk mengatasi hal tersebut, agar setiap buku yang saya beli tidak dikomentari lagi, karena memang sudah banyak buku di rumah, saya pun mengatur siasat, yakni dengan menjadi reseller yang ikut menjual buku. So, setiap ada buku baru, saya bisa tetap memilikinya dengan alasan ikut menjualnya juga. Hehe. Tapi Alhamdulillah, penjualan saya memang lumayan baik kok, malah pernah mendapat banyak keuntungan dari hasil kulakan buku ini.

 

Well, balik lagi ke tema bahasan kali ini, tentang 5 buku favorit saya selama hidup hingga hari ini. Diantara semua buku bagus yang saya miliki, berikut yang paling berkesan bagi saya, karena ada history nya sendiri. Apa saja, berikut ulasannya:

 

  1. Berkumpul Di Jannah


Sebuah buku cerita anak Islam. Ditulis oleh pasangan muda yang biasa disapa dengan sebutan Bundami alias Teh Foezi Citra Cuaca Elmart (Fufu) dan Ayabi alias Kang Canun Kamil. Diterbitkan oleh Sakeena Publishing. Buku yang memang ditunjukan untuk anak ini ditulis dengan bahasa yang sangat ringan, dengan ilustrasi yang sesuai untuk usia anak. Padahal tema buku ini lumayan berat, loh , menurut saya. Tentang menjelaskan apa itu kematian, bagaimana kehidupan setelah kematian nanti. Dengan ilustrasi dan penggambaran yang khas ala mereka, buku ini menjadi sukses saya sounding selalu khususnya kepada duo bocil. 

Dari buku ini, kami sering membuka percakapan, bagaimana nanti jika ada salah satu dari kami, baik bunda atau abi yang kemudian akan berpulang terlabih dahulu. Atau anggota keluarga lainnya. Dan memulai percakapan bahwa seindah-indahnya impian adalah yaitu berkumpul kembali di Jannah Nya. Ah, saking berkesannya buku ini, saya rela menyisipan buku inidalam koper ketika akan berangkat merantau. Agar, bisa terus mengingatkan saya juga, tentang impian tertinggi, yakni berkumpul di Jannah bersama irang-orang yang saya cintai. 

Hmm, bagaimana, menarik banget bukan? Dulu saya juga menjualnya, loh. Hehe. Namanya juga jiwa bakulan, jadi saya seperti ngga bisa kalau melihat buku bagus begitu saja. Setelah membaca, inginnya menularkan kepada yang lain untuk membeli nya juga.

 

2. Believe



Buku ini merupakan karya antologi saya bersama teman-teman dari komunitas Forum Lingkar Pena Bekasi yang terbit pada tahun 2019. Buku ini sempat mengalami banyak kendala ketika proses menemukan 'jodohnya'. Sampai lumayan tenggelam entah berapa lama kumpulan naskah kami, hingga akhirnya lahir juga. 

Penanggung jawab buku ini, yakni dua senior saya di FLP Bekasi, yaitu bunda Aprilina Prastari dan Mbak Miyosi Ariefiansyah. Dalam buku ini, ada naskah saya yang berjudul, Resign. Ketika saya berada dalam pekerjaan yang bisai dibilang nyaman, namun akhirnya saya memilih resign karena hal kecil yang mengusik hati saya. Setelah nya, saya justru mendpat kejutan lebih dari apa yang saya bayangkan. Ya, Believe ini menekankan, bahwa setiap kita memiliki episode kehidupan yang bermacam dengan ujian dan air mata. tapi percayalah, bahwa setiap rencana Allah pasti indah jika kita tahu pada akhirnya. Selain saya, masih ada 21 penulis lagi dengan kisah berbeda yang menyadarkan kita, hidup penuh keajabaian dan pertolongan Allah.

 

3. Rumah Tanpa Jendela



Salah satu karya dari mba Asma Nadia. Saya dapatkan gratis ketika ikut acara Launching Book di Gramedia Matraman (kalau tidak salah). Setelah memberanikan diri maju dan acting dengan salah satu pemain dalam buku yang difilmkan ini, yaitu bang Adenin Adlan. Hihi, ngga nyangka dulu karena ingin sekali dapat buku dan tanda tangan langsung dari penulis, sutrada serta pemain yang hadir sampai sebegitu beraninya saya. Wkwk. 

Saya yang ketika masa muda itu,*sekarang udah dewasa ya, monolak disebut tua. Haha*, bacaan jaman kuliah ya kebanyakan karya-karya nya mba Asma Nadia. Saya yang juga mulai penasaran bagaimana caranya bisa menulis dan melahirkan buku suatu hari nanti, selalu terpukau melihat kepiawaian mba Asma dalam menulis dengan ide yang sederhana, namun jadi penuh makna, dan santun, dan tentu bernafaskan islami. Sampai saat ini, masih selalu terpukau dengan karya beliau. 


4. 30 Hari Jago Jualan 

Sumber : billionairestore


Ditulis oleh Dewa Eka Prayoga yang sering disapa kang Dewa, founder Billionaire Store. Beberapa buku karangan kang Dewa menjadi favorit saya. Jelas saja, karena isinya nya mudah di aplikasikan dalam dunia nyata. Berisi tentang jurus jitu terutama bagi  mereka yang sedang belajar membangun bisnis. Malah, saya bukan hanya sekedar memfavoritkanya melainkan ikut menjualnya. Haha. Oh ya, berkat buku kang Dewa ini juga asal mula saya jatuh cinta serta berani untuk menjual buku secara online.  Perjalanan saya menjadi reseller buku karya kang Dewa ini menjadikan saya kaya akan banyak pengalaman. Mulai dari mengalami penolakan sadis karena harga buku yang wow, sampai mengatasi pembeli yang rewel. Alhamdulillah, saya menikmati semua. Apalagi ketika masa sibuk harus packing banyak buku untuk dikirim ke pelanggan. Ah, rasanya itu capek-capek tapi seneng. Wkwk.

 


5. Mata Ketiga Cinta

Sumber : rumahinspirasi


Oh ya, saya juga menyukai puisi. Meski kadang belum bisa memahami keindahan bahasa puisi tersebut. Masa perkuliah dan masih aktif dalam sebuah organisasi kepenulisan, saya dan teman-teman saat itu aktif saling nge-taq hasil tulisan di akun facebook.  Dan memang, ada masanya mungkin ya, dulu suka puisi dan mudah menulis puisi, sekarang mau menulis puisi kok rasanya wes angel, alias kaku untuk menulis yang cakep gitu bahasanya. Dulu zaman menanti jodoh, ada masa dimana dagdigdug, ada masa yang ehem-ehem membuat inspirasi kata-kata mengalir bebas dan puitis. Sekarang mungkin karena sering bertemu dengan cabai dan kawan-kawannya, jadi lebih mudahnya menulis resep saja. Haha. Tapi sampai sekarang, saya masih menikmati puisi-puisi siapapun. Dan masih terus mencoba menulisnya, juga. 


Sudah pernah baca buku-buku di atas? Kalau belum, bisa mencobanya, mungkin cocok dan bermanfaat untuk kalian.



#BPN RAMADAN 2021

#BLOGGER PEREMPUAN

 

2 komentar:

  1. Waaaahhh sama mbaaa.. saya juga demen buku dari jaman SD, pas jamannya majalah Bobo. Tapi benar jg, dulu untuk beli buku tuh harus ekstra perjuangannya. Kalau gak bisa beli buku ya pelariannya pasti ke perpus. Sampai sekarang jg saya masih suka ke perpusda.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, Toosss. Enak loh bisa sering2 ke perpusda, berasa di syurga dunia, ya? :D

      Saya juga penggemar Bobo dulu, sampai ketabrak motor gara2 nyebrang mau beli Bobo tp ngga tengok kanan kiri :D

      Hapus