BUKU

Jumat, 16 April 2021

Pencapaian Tertinggi Dalam Hidup


 


Tema ini, membuat saya ingin menangis, loh. Betapa tidak. Saya jadi diajak untuk seperti menelusuri perjalanan yang telah saya lalui. Dan tentang pencapaian tertinggi dalam hidup, saya merasa begitu banyak yang telah Allah berikan bagi saya. Bagi saya, semua ini adalah anugerah terbesar, amat besar bahkan. Dan sudah sepatunya saya mensyukuri hal tersebut tentunya.

Oh ya, ukuran pencapaian setiap orang tentu berbeda, ya. Jadi saya pun senantiasa belajar untuk menghargai pencapaian diri sendiri juga orang-orang di sekitar saya. 

Kali ini saya ingin menceritakan pencapaian tertinggi yang saya dapatkan. Tentunya semua ini terjadi atas izin Allah. Saya menyadari betul bahwa keberhasilan dan kebahagiaan kita bagaimana pun bentuknya, sejatinya terwujud bukan karena saya mampu dan bisa. Melainkan semua terjadi karena Allah yang mengizinkan, terlepas tentu ada ikhtiar kita di dalamnya. 


Menunaikan Ibadah Umroh 

Ketika usia dua puluh tujuh tahun, artinya sekitar empat tahun yang lalu, Februari 2017, Allah izinkan saya menapakkan kaki di tempat paling indah di  muka bumi ini. Ya, dimana lagi kalau bukan di Mekkah dan Madinah. Saya menangis terus saat itu. Saya belum genap tiga puluh tahun, tapi Allah begitu baik mengundang saya untuk bisa beribadah ke Haramain. Sementara saya tahu betul, begitu banyak orang di Indonesia terutama yang sangat ingin bisa berkunjung ke Haramain, tapi karena satu dan lain hal, mereka belum sampai ke sana. Doa tulus saya, semoga Allah memudahkan setiap hati yang berniat untuk berkunjung dan beribadah di Haramain.

 

Saya ingat, saat umroh, berulang kali bertanya kepada suami. Kenapa kita, kenapa saya, yang Allah beri kemudahan untuk bisa ke sini? Di luar sana pasti banyak yang lebih sholeh, lebih baik ibadahanya, mereka berdoa lebih khusyu untuk bisa ke sini. Kenapa kita?

 

Entah seberapa sering saya bicara demikian. Mungkin suami pun merasakan hal yang sama. Tapi saya tertegun, saat itu, suami saya hanya menjawab singkat.

 

karena rahmat dan kasih sayang Allah kita sampai ke sini, say...”

 

Dijawab demikian, saya hanya bisa menangis sejadi-jadinya. Ya Allah, betapa semua ini terasa begitu besar untuk saya yang masih banyak khilaf dan dosa. Apa yang Allah berikan untuk saya adalah hal yang paling indah. Beberapa rekan kami mungkin mengira kalau kami memiliki banyak dana sehingga bisa dengan mudah berangkat ke Haramain. Padahal, kalau boleh jujur, bahkan kami minus dana saat itu. Tapi, lagi-lagi kuasa Allah yang memampukan kami. Allahu Akbar! Lain kali akan saya ulas cerita perjalanan ini, insyaa Allah.

 

 

Tinggal di Riyadh

 

Saya seperti kebanyakan orang, yang pernah bermimpi untuk bisa jalan-jalan ke luar negeri. Mimpi indah yang mungkin kita dapat karena melihat betapa indah nya ‘luar negeri’ sana. Meski, menjelajah Indonesia juga ngga kalah indah pastinya.

 

Tentang luar negeri, saya juga membayangkan keindahan beberapa negara yang ingin saya kunjungi. Salah satunya Giethroon, sebuah kota di provinsi Overjissel, Belanda.  Tiba-tiba Giethoorn membekas dalam ingatan saya, padahal saya hanya menemukan ulasan singkatnya melalui salah satu rubrik di majalan Bobo, loh. Haha. The power of membaca ya. Benar bahwa apa yang kita baca akan mempengaruhi kita. Setidaknya menambah daftar impian.Hehe. Saya selalu suka dan berterima kasih kepada diri ini, ketika ia memimpikan sesuatu, karena berkatnya saya menjadi merasa lebih punya energi untuk melangkah. 

 

Balik lagi tentang luar negeri. Saya ngga banyak bermimpi bisa jalan-jalan ke luar negeri. Setelah saya umroh dan tahu betapa nikmatnya naik pesawat (tentu dalam kondisi penerbangan dan pendaratan yang mulus), saya jadi mulai berani bermimpi lagi untuk bisa pergi ke suatu tempat indah lainnya di muka bumi Allah ini. 


Salah satu impian saya bisa kembali ke Baitullah tentunya. Dan malah, saya pernah menulis kenangan di akun instagram saya, mimpi untuk bisa tinggal di Saudi. Lagi-lagi tentu itu spontanitas belaka yang saya percaya, ngomong yang baik-baik aja deh, siapa tahu ada malaikat meng-aamiinkan. 


Salah satu doa saya sejak menikah adalah ingin merantau. Karena satu dan lain hal, setelah menikah kami masih tinggal bersama orang tua. Kami belum bisa berpisah dan memutuskan untuk tinggal mandiri. Maka saya membayangkan, enak kali ya, merantau.

 

Hidup sejak kecil di Bekasi , membuat saya merasa jadi belum banyak pengalaman. Mungkin karena ruang gerak dan jelajah saya yang juga masih terbatas. Maka saya ingin juga merasakan merantau seperti teman-teman yang lain. Terbanyang lah kota-kota nan jauh di Indonesia.

 

Tapi kini, lagi-lagi, Allah tengah memberikan sesuatu yang besar untuk saya dan keluarga. Allah mengizinkan kami merantau di Riyadh, ibu kota Arab Saudi. MasyaAllah, Alhamdulillah, Allahu Akbar! 

Sudah lewat setahun saya dan anak-anak ikut bersama suami yang sedang bertugas di Riyadh. Sungguh, ada rasa malu menerima semua ini. Sesekali tentu saya berpikir, pencapaian dan kebahagiaan ini tentu rezeki dan juga ujian bagi keluarga kami. 

Oh, ya. Perjalanan saya hingga bisa sampai di Riyadh, menarik juga sepertinya untuk dituliskan dilain waktu. Mudah-mudahan tidak lupa dan mager.😅

 

Demikian pencapaian tertinggi yang saya rasakan saat ini. Setiap orang punya episode kehidupan yang menarik dan beragam pastinya. Dan semua adalah istimewa. Kita ngga perlu iri melihat pencapaian orang lain. Dibalik episode kebahagiaan seseorang, tentu ada episode air mata yang tersimpan.😊

Saya juga berusaha belajar untuk selalu menghargai pancapaian orang lain. Misalnya, ketika melihat teman-teman di komunitas yang saya ikuti, dimana mereka aktif melahirkan karya baik dalam bentuk antologi, buku duet atau bahkan buku solo. Atau, ada juga seorang teman, yang berhasil melahirkan produknya ketika pandemi ini menyerang. Ah, semua hebat. Alhamdulillah, Allah mampukan teman-teman saya menjadi sedemikian baiknya dalam berkarya. Pun, semoga Allah mengizinkan saya untuk melalui challenge ini. Menjaga semangat untuk posting tulisan setiap hari itu belum mudah bagi saya. Maka ketika nanti saya berhasil, itu juga jadi pencapaian yang sudah seharusnya saya syukuri.

Semoga Allah mudahkan urusan teman-teman, ya. Apapun itu, selama baik tentunya.


#BPNRAMADAN2021

#BLOGGERPEREMPUAN

2 komentar:

  1. Assalamualaykum mba…

    MasyaAllaah, Allahu Akbar,

    mba, to be honest, semua pencapaian mba yang disebutkan di atas, adalah...impian saya..huhu sampe terharu saya membaca dan menulis komentar ini…

    Umroh, pernah juga harapan merantau di luar negri bersama suami dan anakanak,

    saat ini saya sedang membangun mental dan niat yang benar untuk umroh, rasanya begitu penting yah, banyak sekali pertanyaan datang di kepala, apakah sudah layak ke tanah suci? seperti yang mba ceritakan sedikit di atas, apakah benar-benar sudah siap? jujur awalnya saya pusingnya di kumpulin dananya, duit sebanyak itu entah kapan terkumpul sedang kebutuhan Pribadi dan ibu-bapak-adik masih harus ada yang dituntaskan.
    mba, saya sangat tunggu cerita umrohnya yaaah, I wanna know it...

    mengenai Riyadh, saya yang termasuk golongan suka sekali blogwalking tema travelling, seringkali menemukan dan lebih cenderung membaca blog orang Indo yang tinggal di luar negri, asik sekali mengikuti ceritanya, kebanyakan sih tinggal di Eropa, US, Jepang, nah yang Riyadh ini jarang sekali saya temukan hanya sekadar cerita travelling, saya tunggu juga cerita kenapa bias sampai Riyadh yaah mbaaa...semangat mbaanyaa….


    salam dari tetangga mba,
    sonyaaa dari Kab. Karawang , hehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alaik salam, salam kenal kembali mba Sonyaaaa :)

      Senang membaca komentar mbaknya, jadi ada booster buat menulis yang belum di tulis hehe, semoga terwujud impian2 terbaik mba Sonyaa dan keluarga yaa :)

      Hapus